Pengertian dan Fungsi Zat Aditif

Zat Aditif – Pada dasarnya, masyarakat pedesaan dan perkotaan harus menggunakan bahan tambahan makanan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Secara ilmiah, aditif makanan didefinisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampur selama pemrosesan makanan untuk meningkatkan kualitas.

Ini termasuk bahan tambahan makanan: warna, rasa, pengawet, zat penstabil, antioksidan, pengemulsi, pengental, pucat, penebalan, dan anti-pembekuan.

Pengertian Zat Aditif

Aditif yang dimaksud ialah zat adiktif dalam bentuk makanan. Aditif makanan adalah zat yang sengaja ditambahkan ke makanan olahan untuk menambah warna, rasa, penampilan atau daya tahan produk. Aditif makanan dibagi menjadi pengawet, pemanis, warna, rasa dan aditif lainnya.

Istilah aditif sendiri mulai dikenal di masyarakat Indonesia setelah munculnya kasus penggunaan formalin dalam beberapa makanan olahan, tahu, ikan dan daging yang telah muncul dalam beberapa bulan terakhir. Formalin sendiri digunakan sebagai pengawet, sehingga produk yang diolah tidak konyol / jauh dari mikroorganisme.

Penyalahgunaan formalin ini membuka mata orang untuk bersikap proaktif dalam memilah zat tambahan yang dapat dikonsumsi dan yang berbahaya.

Baca Juga Pengertian Sel Menurut Para Ahli

Penggunaan aditif makanan untuk tujuan khusus ini terkait dengan standar yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:

  • Dapat menjaga nilai gizi makanan tersebut.
  • Tidak mengurangi zat-zat penting dalam makanan.
  • Pertahankan atau tingkatkan kualitas makanan.
  • Menarik bagi konsumen, tetapi bukan penipuan

Fungsi Zat Aditif

aditif makanan (aditif) dikelompokkan menjadi 14, termasuk, yaitu :

  • antioksidan dan antioksidan sinergis
  • asam, menetralkan
  • pemanis buatan
  • pemutih dan pematang
  • penambah gizi
  • pengawet
  • pengemulsi (pencampur)
  • pemantap dan pengental
  • pengeras
  • pewarna alami dan sintetis
  • rasa dan aroma

Jenis Zat Aditif

Aditif itu sendiri telah menjadi dikenal di masyarakat Indonesia setelah maraknya kasus penggunaan formalin di beberapa makanan olahan, tahu, ikan dan daging yang telah muncul dalam beberapa bulan terakhir. Formalin sendiri digunakan sebagai pengawet agar produk olahan tidak bermunculan / dihilangkan dari mikroorganisme.

Penyalahgunaan formalin ini membuka mata orang untuk bersikap proaktif dalam memilah zat tambahan yang dapat dikonsumsi dan yang berbahaya. Secara umum, aditif makanan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

  • Aditif Sengaja

yaitu, aditif yang secara sengaja diberikan dengan tujuan dan sasaran tertentu, seperti meningkatkan nilai gizi, rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, membangun bentuk dan bentuk dll.

  • Aditif Tidak Sengaja

yaitu aditif yang ditemukan dalam makanan dalam jumlah yang sangat kecil setelah diproses.

Dari sumbernya, aditif dapat berasal dari sumber alami seperti lesitin, asam sitrat, dll. Aditif tersebut juga dapat disintesis dari bahan kimia yang memiliki sifat yang mirip dengan bahan alami yang serupa, baik komposisi kimia dan sifat metabolik seperti karoten, asam askorbat dan lain-lain.

Secara umum, bahan sintetis memiliki kelebihan, yaitu lebih terkonsentrasi, lebih stabil dan lebih murah. Namun, ada kelemahan yang sering terjadi pada ketidaksempurnaan proses yang mengandung zat berbahaya dan kadang karsinogen yang dapat merangsang kanker pada hewan dan manusia.

Zat Aditif Pada Makanan

Aditif makanan atau aditif makanan ialah zat yang sengaja ditambahkan ke makanan dalam jumlah kecil untuk tujuan memperbaiki penampilan, rasa, tekstur, rasa dan memperpanjang umur simpan. Selain itu, dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin. Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak jaman dahulu. Ada dua makanan tambahan, yaitu makanan tambahan alami dan buatan atau sintetis.

Aditif makanan ialah zat yang bukan bagian alami dari bahan makanan, tetapi ditemukan dalam bahan makanan seperti obat-obatan selama pemrosesan, penyimpanan atau pengemasan.

Tersedia untuk makanan yang akan disajikan dalam rasa, penampilan, dan tekstur yang lebih menarik dan lebih baik, maka penambahan aditif makanan sering disebut aditif kimia tahan lama (food additives). Terkadang makanan yang tersedia tidak memiliki bentuk yang menarik meski memiliki kandungan nutrisi yang tinggi.

  • Pewarna

Mewarnai adalah zat yang bisa memberi warna pada makanan dan memberikan penampilan yang menarik pada presentasinya. Kecenderungan manusia untuk menyukai makanan yang menarik telah membuat orang menggunakan aditif sebagai warna makanan. Namun, terkadang ada orang yang menggunakan pewarna berbahaya sebagai campuran makanan.

Ada dua jenis pewarna yang digunakan sebagai campuran makanan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis.

  • Penyedap Rasa dan Aroma serta Penguat Rasa

Menyediakan penambah rasa dan penambah rasa dan penambah rasa untuk makanan dapat menambah cita rasa dan meningkatkan cita rasa pada makanan. Ada aroma alami dan sintetis. Rasa alami tersedia dari berbagai tanaman rempah-rempah, seperti kayu manis, serai, ketumbar, jahe, lada, merica, pala dan daun salam. Rasa sintetis yang sering digunakan adalah monosodium glutamat (MSG), yang umumnya lebih dikenal sebagai vetsin.

Penggunaan MSG masih aman untuk dikonsumsi. Tetapi jika kita mengkonsumsi terlalu banyak, itu dapat menyebabkan penyakit sindrom restoran Cina, yang dapat menyebabkan kelelahan tubuh, pusing, atau sesak napas. Beberapa rasa yang biasa digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Nama Penyedap Sintetik Jenis Bahan Makanan
Isoamil valerat Rasa apel
Isoamil asetat Rasa pisang
Isobutil propionat Rasa rum
Butil butirat Rasa nanas
  • Pengawet

Pengawet adalah bahan yang sering digunakan untuk mengawetkan makanan, sehingga bisa bertahan lama. Pengawet dapat mencegah mikroorganisme dari memecah makanan sehingga mereka tidak mudah busuk setelah beberapa saat. Ada dua jenis pengawet makanan, yaitu pengawet alami dan pengawet sintetis. Pengawet alami bisa dalam bentuk gula dan garam. Sementara itu, beberapa jenis pengawet makanan sintetis dapat dilihat pada tabel berikut.

Baca Juga Fungsi Epidermis pada Tumbuhan

Pemanfaatan Zat Pengawet Sintetik

Nama Pengawet Sintetik Jenis Bahan Makanan
Natrium nitrat Daging olahan
Natrium nitrit Daging awetan dan kornet kalengan
Asam benzoat Minuman ringan dan kecap
Asam propionate Roti
Kalium benzoat Kecap dan saos
  • Pemanis

Pemanis adalah zat yang ditambahkan ke makanan atau minuman untuk memberi mereka rasa manis. Pemanis ini terdiri dari dua jenis, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan. Pemanis alami yang disebut sukrosa, yang dapat diperoleh dari gula tebu olahan, gula aren dan gula merah. Sementara itu, pemanis sintetis membentuk bahan kimia yang bisa ditambahkan ke makanan untuk memberi rasa manis pada makanan. Beberapa jenis pemanis sintetis yang ditemukan dalam makanan dapat dilihat pada tabel berikut.

Nama Pemanis Sintetik Jenis Bahan Makanan
Sakarin Permen dan es krim
Siklamat Permen dan minuman ringan
Sorbitol Kismis dan jeli

Pemanfaatan Zat Pemanis Sintetik

  • Anti Oksidan

Antioksidan adalah zat tambahan makanan dalam bentuk senyawa yang mudah teroksidasi. Banyak makanan kaleng menggunakan antioksidan. Beberapa jenis antioksidan yang digunakan dalam pengolahan makanan, termasuk asam askorbat dan butyl hydrocyanisole (BHA). Asam askorbat digunakan untuk mengobati daging dan buah kalengan. Sedangkan butyl hydroxyanisole (BHA) digunakan untuk kemasan makanan.

Dampak Zat Aditif Pada Makanan

Aditif makanan yang tidak selalu sengaja ditambahkan untuk tujuan tertentu. Namun, ada aditif yang tidak sengaja muncul pada makanan. Aditif ini umumnya terjadi dalam pengolahan makanan. Secara umum, penggunaan aditif makanan dapat memiliki efek positif dan negatif.

Efek positif dari penggunaan aditif

Berbagai jenis penyakit dapat disebabkan oleh kebiasaan manusia dengan mengonsumsi makanan yang tidak memperhitungkan keseimbangan gizi. Misalnya, stroma berupa kelenjar yang bengkak di leher. Kusma disebabkan oleh penurunan yodium.

Kusma dapat dihindari dengan mengonsumsi bahan makanan yang mengandung yodium. Zat beryodium dapat diperoleh dari garam meja yang digunakan untuk memberi garam makanan. Selain gondok, kekurangan yodium juga dapat menyebabkan kretinisme.

Penderita diabetes mellitus (diabetes) perlu mempertahankan kadar gula darah yang stabil. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Untuk menjaga stabilitas gula darah, penderita diabetes mellitus disarankan untuk mengonsumsi sakarin (pemanis buatan) alih-alih gula.

Baca Juga Pengertian Respirasi Pada Manusia Dan Tumbuhan

Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif

Kemajuan teknologi pangan dapat menginspirasi orang untuk membuat bahan makanan berkualitas lebih baik. Makanan berkualitas baik tidak bisa dilihat dari segi penampilan, tetapi yang paling penting adalah kandungan nutrisi makanan ini.

Saat ini, banyak makanan berkualitas tinggi telah ditemukan karena mereka telah mengalami proses produksi yang berbeda untuk memiliki umur simpan yang lebih lama dibandingkan dengan kondisi normal. Misalnya, ikan sarden dalam kemasan kaleng dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan sampai satu tahun tanpa ditinjau. Sarden dapat bertahan lama setelah menambahkan bahan pengawet ke dalam proses produksi makanan.

Namun, bahan makanan yang menggunakan bahan pengawet tidak dapat dikonsumsi setelah periode kedaluwarsa telah berakhir. Beberapa makanan yang berdampak negatif pada orang yang memakannya adalah sebagai berikut.

  • Formalin, digunakan sebagai pengawet makanan jika dikonsumsi terus menerus, dapat mengganggu fungsi pencernaan, kanker paru-paru, penyakit jantung dan merusak sistem saraf.
  • Boraks juga digunakan sebagai pengawet makanan jika dikonsumsi terus menerus – dapat menyebabkan mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan ginjal dan gangguan otak dan hati.
  • Natamysin digunakan sebagai pengawet menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan kerusakan kulit.
  • Potassium acetate yang digunakan sebagai pengawet dapat merusak fungsi ginjal.
  • Nitrit dan nitrat yang digunakan sebagai pengawet dapat menyebabkan keracunan, memengaruhi kemampuan sel darah untuk membawa oksigen ke berbagai organ dalam tubuh, masalah pernapasan, sakit kepala, anemia, radang ginjal dan muntah.
  • Kalsium benzoat yang digunakan sebagai pengawet bisa memicu serangan asma.
  • Belerang dioksida yang digunakan sebagai pengawet dapat menyebabkan kerusakan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi.
  • Kalsium dan natrium propionat adalah pengawet yang, jika digunakan di atas batas maksimum, dapat menyebabkan migrain, kelelahan, dan gangguan tidur.
  • Sodium metasulfate adalah pengawet yang dapat menyebabkan alergi kulit.
  • CFC dan tetrazin yang digunakan sebagai pewarna dapat merusak hati, ginjal, dan meningkatkan risiko hiperaktif anak.
  • Rhodamine B adalah pewarna tekstil yang, ketika digunakan sebagai pewarna makanan, dapat menyebabkan kanker dan keracunan di paru-paru, tenggorokan, hidung dan usus.
  • Sunset Yellow, digunakan sebagai pewarna, dapat merusak kromosom
  • Gorong-gorong 4R yang, ketika digunakan untuk pewarna makanan, dapat menyebabkan anemia dan konsentrasi hemoglobin.
  • Carmine (merah) adalah pewarna yang dapat menyebabkan kanker hati dan menyebabkan alergi.
  • Quinoline yellow adalah pewarna makanan yang dapat menyebabkan pembesaran, hiperplasia, dan kanker tiroid.
  • Cyclamate yang digunakan sebagai pemanis dapat menyebabkan kanker (karsinogen).
  • Sakarin, juga digunakan sebagai pemanis, dapat menyebabkan infeksi kandung kemih dan kanker
  • Aspartan, juga digunakan sebagai pemanis buatan, dapat menyebabkan gangguan saraf dan tumor otak.
  • Penggunaan monosodium glutamat (MSG) sebagai zat penyedap dapat merusak jaringan saraf, penyakit hati, trauma, hipertensi, stres, demam tinggi, mempercepat proses penuaan, alergi kulit, mual, muntah, migrain, asma, ketidakmampuan belajar dan depresi.

Contoh Zat Aditif

Aditif makanan telah digunakan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah beberapa contoh aditif:

Upaya Mengurangi Dampak Negatif Penggunaan Zat Aditif

Penggunaan aditif makanan seringkali memiliki berbagai efek negatif. Dampak paling umum terjadi dengan penggunaan aditif sintetis karena mereka menggunakan bahan kimia yang diproses oleh industri.

Di antara berbagai efek negatif yang dihasilkan dari penggunaan aditif, kita harus memperhatikan konsumsi makanan yang mengandung aditif. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek berbahaya dari penggunaan bahan tambahan makanan adalah:

  • Makan makanan yang mengandung zat tambahan tidak berlebihan.
  • Pilih makanan yang mengandung aditif dengan hati-hati, periksa kemasan, karat atau kekurangan lainnya.
  • Berhati-hatilah jika makanannya berwarna mencolok atau sangat berbeda dari warna aslinya. Biasanya, warna makanan khas mengandung warna tekstil.
  • Cicipi rasa makanan. Lidah juga sangat berhati-hati untuk membedakan makanan mana yang aman dan mana yang tidak. Makanan berbahaya umumnya memiliki rasa pedas, misalnya, sangat enak dan menyebabkan lidah bergetar. Biasanya makanan ini mengandung penambah rasa berlebih dan penambah rasa.
  • Pilih aditif Anda sendiri untuk digunakan sebagai makanan.
  • Gunakan aditif dari alam.
  • Perhatikan kualitas makanan dan tanggal produksi, serta kedaluwarsa yang tertera pada kemasan makanan yang akan dikonsumsi.
  • Aroma itu juga berbau. Bau apak atau tengik menandakan bahwa makanan tersebut telah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
  • Lihat komposisi dan bahan kimia dalam makanan dengan membaca komposisi bahan pada kemasan.
  • Periksa apakah makanan yang akan dikonsumsi terdaftar pada Kementerian Kesehatan atau tidak.

Demikianlah artikel diatas dari ruangbimbel.co.id. semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Terima kasih