Prasasti Kedukan Bukit merupakan salah satu peninggalan sejarah penting yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya di Nusantara.
Prasasti ini ditemukan pada tahun 1920 oleh seorang arkeolog bernama M. Batenburg di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang, Sumatera Selatan.
Ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno, prasasti ini diperkirakan berasal dari tahun 682 Masehi
Prasasti Kedukan Bukit

Isi prasasti ini mencatat perjalanan seorang tokoh bernama Dapunta Hyang yang memimpin ekspedisi militer dengan pasukan yang besar.
Dalam ekspedisi ini, Dapunta Hyang membawa sekitar 20.000 tentara dan berhasil menaklukkan berbagai wilayah.
Perjalanan ini disebut sebagai “siddhayatra”, yang berarti perjalanan suci atau ekspedisi kemenangan.
Keberhasilan ekspedisi ini menandai awal kejayaan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan dan agama Buddha di Asia Tenggara.
Selain mencatat ekspedisi militer, Prasasti Kedukan Bukit juga menggambarkan bagaimana Sriwijaya berkembang sebagai pusat kekuasaan yang kuat.
Keberhasilan ekspedisi yang dipimpin oleh Dapunta Hyang menunjukkan bahwa kerajaan ini memiliki sistem militer yang terorganisir dengan baik serta strategi ekspansi yang efektif.
Hal ini juga memperkuat dugaan bahwa Sriwijaya bukan hanya kerajaan dagang, tetapi juga memiliki kemampuan politik dan militer yang besar.
Keberadaan prasasti ini sangat penting dalam memahami sejarah awal Sriwijaya, terutama
karena kerajaan ini tidak meninggalkan banyak peninggalan fisik seperti candi atau bangunan besar lainnya.
Melalui prasasti ini, para sejarawan dapat menelusuri jejak awal pendirian Sriwijaya dan bagaimana kerajaan ini
berkembang menjadi pusat keagamaan dan perdagangan yang berpengaruh di Asia Tenggara.
Prasasti ini juga menjadi bukti awal penggunaan bahasa Melayu Kuno sebagai bahasa resmi dalam pemerintahan.
Sebagai salah satu peninggalan sejarah tertua di Indonesia, Prasasti Kedukan Bukit memiliki nilai yang sangat besar dalam studi arkeologi dan sejarah.
Saat ini, prasasti ini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta untuk dilestarikan dan dipelajari lebih lanjut.
Keberadaannya tidak hanya menjadi saksi bisu kejayaan Sriwijaya, tetapi juga menjadi bagian penting
dari warisan budaya Nusantara yang patut dijaga dan dihargai oleh generasi mendatang.
Bukti Kejayaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim

Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar di Nusantara yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.
Berpusat di wilayah yang kini dikenal sebagai Sumatra Selatan, Sriwijaya mengendalikan
jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara dan menjadikannya sebagai pusat ekonomi, politik, serta kebudayaan.
Sebagai kerajaan maritim, kejayaan Sriwijaya dibuktikan oleh berbagai peninggalan sejarah dan pengaruhnya terhadap wilayah sekitarnya.
Salah satu bukti utama kejayaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim adalah penguasaan jalur perdagangan internasional.
Letaknya yang strategis di sekitar Selat Malaka memungkinkan Sriwijaya menjadi penghubung perdagangan antara Tiongkok, India, dan dunia Arab.
Para pedagang yang berlayar melalui rute ini sering singgah di pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya untuk berdagang atau mengisi perbekalan.
Hal ini membuat Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan yang kaya dan berpengaruh di kawasan Asia Tenggara.
Selain dominasi perdagangan, kejayaan Sriwijaya juga dibuktikan melalui peninggalan prasasti dan catatan sejarah asing.
Prasasti Kedukan Bukit (683 M) dan Prasasti Talang Tuwo menunjukkan adanya ekspansi wilayah dan kemakmuran ekonomi kerajaan.
Sementara itu, catatan dari I-Tsing, seorang pendeta Buddha dari Tiongkok pada abad ke-7, menyebut Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran agama Buddha yang dihormati di Asia.
Banyak biksu dari berbagai negara datang ke Sriwijaya untuk belajar sebelum melanjutkan perjalanan ke India.
Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat untuk mengontrol jalur perdagangan dan melindungi wilayah kekuasaannya dari serangan musuh.
Keberhasilan Sriwijaya dalam menguasai Selat Malaka dan perairan sekitarnya menunjukkan bahwa mereka
memiliki teknologi pembuatan kapal yang maju serta sistem administrasi maritim yang terorganisir dengan baik.
Armada ini juga digunakan untuk memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Semenanjung Malaya dan sebagian Kepulauan Nusantara.
Peran Sriwijaya dalam Penyebaran Agama Buddha

Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Nusantara yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-7 hingga ke-13.
Selain dikenal sebagai pusat perdagangan dan kekuatan militer yang kuat, Sriwijaya juga memiliki peran penting dalam penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.
Letaknya yang strategis di jalur perdagangan internasional menjadikan Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran
dan penyebaran ajaran Buddha ke berbagai wilayah, termasuk Nusantara, India, dan Tiongkok.
Salah satu bukti peran Sriwijaya dalam penyebaran agama Buddha adalah keberadaannya sebagai pusat pendidikan dan kajian agama Buddha.
Banyak biksu dari berbagai negara datang ke Sriwijaya untuk belajar ajaran Buddha, termasuk biksu terkenal dari Tiongkok, I-Tsing.
Dalam catatannya, I-Tsing menggambarkan Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran Buddha Mahayana yang berkembang pesat, d
engan banyak biksu yang mendalami ajaran Buddha sebelum melanjutkan perjalanan ke India.
Selain sebagai pusat pembelajaran, Sriwijaya juga berperan dalam mendukung pembangunan vihara dan candi sebagai sarana ibadah dan pendidikan.
Banyak peninggalan arkeologis seperti Candi Muara Takus di Riau dan prasasti-prasasti bertulisan aksara Pallawa dan Sanskerta yang menunjukkan pengaruh agama Buddha di Sriwijaya.
Kerajaan ini juga menjalin hubungan erat dengan kerajaan-kerajaan Buddha di India, seperti Nalanda, dengan mengirimkan pelajar untuk memperdalam ilmu agama Buddha.
Keberhasilan Sriwijaya dalam menyebarkan agama Buddha tidak lepas dari pengaruhnya sebagai kerajaan maritim.
Dengan menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka, Sriwijaya mampu membawa pengaruh Buddha ke wilayah lain seperti Thailand, Semenanjung Malaya, dan kepulauan di Nusantara.
Para pedagang dan biksu yang berlayar melalui Sriwijaya membawa ajaran Buddha ke berbagai tempat, membantu berkembangnya agama ini di Asia Tenggara.
Meskipun kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran akibat serangan dari kerajaan lain, warisan penyebaran agama Buddha tetap bertahan di berbagai wilayah.
Peran Sriwijaya sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan budaya dan kepercayaan di Asia Tenggara.
Hingga kini, jejak kejayaan Sriwijaya masih dapat ditemukan dalam bentuk prasasti, arsitektur, serta tradisi keagamaan yang berkembang di wilayah bekas kekuasaannya.
Baca Juga: https://ruangbimbel.co.id/sejarah-candi-prambanan/