Pluto sebagai Planet Katai dulunya dikenal sebagai planet kesembilan dalam tata surya, tetapi statusnya berubah pada
Persatuan Astronomi Internasional (IAU) mengklasifikasikannya sebagai planet katai. Keputusan ini didasarkan pada definisi baru tentang apa yang disebut sebagai planet.
Meskipun Pluto masih menjadi objek menarik bagi para astronom, statusnya sebagai planet penuh telah dicabut karena tidak memenuhi salah satu syarat utama dalam definisi planet.
Pluto sebagai Planet Katai

Salah satu alasan utama mengapa Pluto dikategorikan sebagai planet katai adalah karena tidak mampu membersihkan orbitnya dari objek-objek lain.
Menurut IAU, sebuah planet harus mengorbit matahari, memiliki massa yang cukup untuk berbentuk hampir bulat, dan mampu mendominasi orbitnya.
Pluto memang mengorbit matahari dan berbentuk hampir bulat, tetapi orbitnya berbagi ruang
dengan benda-benda lain di Sabuk Kuiper, wilayah yang penuh dengan objek-objek kecil di tepi tata surya.
Meskipun statusnya berubah, Pluto tetap menjadi objek yang menarik untuk dipelajari.
Ukurannya yang relatif kecil dibandingkan planet lain serta orbitnya yang eksentrik menjadikannya unik dalam tata surya.
Selain itu, Pluto memiliki atmosfer tipis yang terdiri dari nitrogen, metana, dan karbon monoksida, yang dapat membeku dan mencair tergantung pada posisinya terhadap matahari.
Fenomena ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana benda-benda langit di tata surya berinteraksi dengan lingkungannya.
Misi New Horizons yang diluncurkan oleh NASA pada tahun 2006 memberikan gambaran lebih jelas tentang Pluto.
Ketika pesawat luar angkasa ini melewati Pluto pada tahun 2015, gambar-gambar yang dihasilkan mengungkapkan
bahwa permukaannya memiliki gletser es, gunung, dan bahkan kemungkinan aktivitas geologi yang masih berlangsung.
Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun Pluto kecil, ia memiliki lanskap yang kompleks dan dinamis, berbeda dengan anggapan awal bahwa ia hanyalah batuan beku yang tidak aktif.
Hingga kini, perdebatan tentang status Pluto masih berlangsung di kalangan ilmuwan dan penggemar astronomi.
Beberapa astronom berpendapat bahwa Pluto seharusnya tetap diklasifikasikan sebagai planet karena karakteristiknya yang unik.
Meskipun demikian, Pluto tetap menjadi objek yang menarik dalam eksplorasi luar angkasa, memberikan wawasan baru tentang tata surya dan asal-usulnya.
Kriteria Planet Menurut IAU

International Astronomical Union (IAU) adalah organisasi yang bertanggung jawab dalam menetapkan definisi resmi berbagai benda langit, termasuk planet.
Pada tahun 2006, IAU menetapkan tiga kriteria utama yang harus dipenuhi oleh suatu benda langit agar dapat disebut sebagai planet dalam Tata Surya.
Keputusan ini dibuat untuk memberikan batasan yang lebih jelas dalam mengklasifikasikan objek-objek di luar angkasa dan menghindari ambiguitas dalam dunia astronomi.
Kriteria pertama yang ditetapkan oleh IAU adalah bahwa sebuah planet harus mengorbit langsung mengelilingi Matahari.
Hal ini berarti benda langit yang berada dalam sistem tata surya tetapi mengorbit planet lain, seperti satelit atau bulan, tidak dapat dikategorikan sebagai planet.
Kriteria ini menegaskan bahwa planet harus memiliki jalur orbit yang independen dan tidak menjadi satelit alami dari benda langit lainnya.
Kriteria kedua menyatakan bahwa planet harus memiliki massa yang cukup untuk mencapai bentuk hampir bulat akibat gaya gravitasinya sendiri.
Proses ini disebut sebagai keseimbangan hidrostatik, di mana gravitasi benda langit cukup kuat untuk mengatasi gaya materialnya sendiri, sehingga membentuk struktur yang menyerupai bola.
Dengan kata lain, benda langit yang bentuknya tidak beraturan atau memiliki struktur yang terlalu kecil tidak dapat disebut sebagai planet.
Kriteria ketiga yang ditetapkan oleh IAU adalah bahwa planet harus memiliki gravitasi yang cukup kuat untuk “membersihkan” jalur orbitnya dari objek lain.
Artinya, planet harus mampu mendominasi lingkungannya dengan menarik atau menyingkirkan benda-benda kecil di sekitar orbitnya.
Dengan adanya tiga kriteria ini, definisi planet menjadi lebih jelas dan sistematis dalam dunia astronomi.
Meskipun masih ada perdebatan mengenai kriteria ini, keputusan IAU telah menjadi pedoman utama bagi para ilmuwan dalam mengklasifikasikan objek langit.
Penetapan ini juga membantu dalam penelitian dan eksplorasi luar angkasa dengan lebih terstruktur, sehingga pemahaman tentang tata surya terus berkembang.
Kontroversi Penghapusan Pluto dari Daftar Planet

Pada tahun 2006, dunia astronomi dikejutkan dengan keputusan Persatuan Astronomi Internasional (IAU) yang menghapus Pluto dari daftar planet dalam tata surya.
Keputusan ini didasarkan pada definisi baru tentang apa yang disebut sebagai planet, yang mengharuskan sebuah benda langit mengorbit Matahari,
memiliki massa yang cukup untuk berbentuk bulat, dan mampu membersihkan orbitnya dari benda lain.
Pluto gagal memenuhi kriteria terakhir karena orbitnya dipenuhi oleh objek lain di Sabuk Kuiper.
Keputusan ini memicu perdebatan di kalangan ilmuwan dan masyarakat umum. Banyak astronom mendukung keputusan IAU dengan alasan bahwa definisi baru memberikan kejelasan
Namun, ada juga yang menentang keputusan tersebut dan berpendapat bahwa Pluto seharusnya tetap dianggap sebagai planet
karena telah dikenali sebagai planet sejak ditemukan pada tahun 1930 oleh Clyde Tombaugh.
Selain itu, mereka menilai bahwa standar baru terlalu ketat dan dapat menimbulkan kebingungan dalam pendidikan sains.
Kontroversi ini tidak hanya menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan, tetapi juga menarik perhatian publik.
Banyak orang merasa bahwa Pluto memiliki nilai sentimental sebagai planet kesembilan dalam tata surya, terutama bagi mereka yang telah mempelajarinya sejak kecil.
Meski secara resmi Pluto kini diklasifikasikan sebagai “planet kerdil,” beberapa ilmuwan terus meneliti dan mendiskusikan kemungkinan perubahan definisi di masa depan.
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa Pluto memiliki karakteristik yang unik, seperti atmosfer tipis dan geologi aktif, yang menyerupai planet pada umumnya.
Hal ini kembali menimbulkan wacana bahwa Pluto mungkin layak mendapatkan statusnya kembali sebagai planet penuh.
Terlepas dari perdebatan ini, penghapusan Pluto dari daftar planet telah memberikan pelajaran berharga
dalam dunia sains, yaitu bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang seiring dengan penemuan baru.
Kontroversi Pluto menjadi contoh bagaimana sains bersifat dinamis dan terus berkembang untuk memahami alam semesta dengan lebih baik.
Baca Juga: https://ruangbimbel.co.id/gamifikasi-dalam-pendidikan/