Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia – Hai sobat ruangbimbel.co.id, di artikel sebelumnya kita sudah membahas artikel mengenai Perjanjian Reville, maka kali ini kita bakal membahas artikel mengenai Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia . Nah langsung aja yuk simak artikel ini beserta ulasan lengkapnya dibawah ini.

Tahukah kamu, mengapa terjadi konflik antara Indonesia dan Belanda pasca kemerdekaan? Faktor – factor  yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dan belanda

Terjadinya Konflik Pasca kemerdekaaan

Tahukah kamu, mengapa terjadi konflik antara Indonesia dan Belanda pasca kemerdekaan? Faktor – factor  yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dan belanda adalah sebagai berikut :

  1. Sekutu dan NICA melakukan provokasi dan terror terhadap bangsa Indonesia.
  2. Timbulnya semangat antikolonialisme di kalangan rakyat Indonesia.
  3. Negara Belanda langsung melancarkan agresi militer terhadap territorial Republik Indonesia.

Kedatangan Sekutu Dan NICA di Indonesia

Maka dari itu, Mereka tiba di Indonesia  pada 8 September 1945 dengan tugas mempelajari dan melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu.

Pada Tanggal 16 September 1945 rombongan perwakilan Sekutu mendarat di Tanjung Priok (Jakarta) dengan menggunakan kapal Cumberland. Rombongan ini dipimpin Laksamana Muda W.R.Patterson. maka dari itu, rombongan ini ikut pula C.H.O.Van der Plas  yang mewakili Dr. H.J Van Mook, kepala NICA.

Sekutu menugaskan sebuah komando khusus untuk mengurus Indonesia dengan nama Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI). Komando khusus yang di pimpin Letjen . Sir Philip Christison ini mempunyai tugas sebagai berikut :

  1. Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Indonesia
  2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
  3. Melucuti dan memulangkan tentara Jepang.
  4. Memulihkan keamanan dan Ketertiban.
  5. Mencari dan mengadili  para penjahat perang.

AFNEI mulai mendaratkan pasukannya di Jakarta pada 29 September 1945. Pasukan ini hanya bertugas di Sumatra dan jawa, sedangkan daerah Indonesia lainnya diserahkan kepada Angkatan Perang Autralia..

Kedatangan pasukan Sekutu ke Indonesia semula mendapat sambutan baik. Akan tetapi setelah diketahui mereka dating disertai orang – orang NICA, sikap bangsa Indonesia berubah menjadi penuh kecirigaan, bahkan ahirnya bermusuha.

Bangsa Indonesia mengetahui NICA berniat menegakkan kembali kekuasaannya. Situasi makin memburuk ketika NICA mempersenjatai kembali bekas Anggota koninklijk Nederland Indies Leger (KNAIL). Satuan – satuan KNAIL yang telah di bebaskan Jepang  keudian bergabung dengan tentara NICA. NICA dan KNAIL yang di dukung Inggris (Sekutu)  itu kemudian melancarkan provokasi dan melakukan terror terhadap para pemimpin nasional. Akibatnya pecahlah berbagai pertempuran di daerah.

Baca Juga :

Isi Dari Perjanjian Renville 17 Januari 1948

Awal Aksi Kekerasan dan Semangat Anti Kolonialisme

Proklamasi Kemerdekaan telah melahirkan luapan kegembiraan bagi rakyat Indonesia. Pascaproklamasi diwarnai  pula oleh suasana kegalauan dan kedendaman dalam jiwa  sebagian rakyat Indonesi. Perasaan dendam sebagai akibat pengalaman pahit di masa lampau, tiba – tiba meledak mencari sasaran luapan balas dendam dalam bentuk aksi kekerasan. Aksi kekerasan terhadap tentara Jepang kemudian merebak di berbagai daerah Kondisi itu diperparah  dengan kedatangan tentara sekutu dan NICA yang melancarkan provokasi dan terror. Hal itu telah memicu bngkitnya semangat antikolonialisme rakyat Indonesia. Dengan demikian muncullah  situasi  yang kacau balau dan aksi kekerasan yang tidak terkendali , seperti yang terjadi di Surabaya, Sukabumi , Bnadung, Medan, Ambarawa,Manado, dan Biak.

Pertempuran Heroik di Surabaya (0 November 1945)

Tentara Sekutu Brigade 49 dipimpin Brigjen. A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945 Mereka mendapat tugas untuk melucuti serdadu jepang dan menyelamatkan tawanan Sekutu di Surabaya. Kehadiran tentara Sekutu di sabut baik oleh pemerintah dan rakyat Jwa Timur. Hubungan baik itu berlanjut pada sebuah pertemuan di antara wakil – wakil RI. Dan pihak sekutu yang menghasilkan keputusan sebagai berikut :

  1. Inggris berjanji tidak akan menyertakan tentara NICAdalam pasukannya.
  2. Kedua belah pihak akan bekerja sama untuk menjamin keamanan dan ketetraman
  3. Senjata Jepang,
  4. Atas kesepakatan itu, pemerintah RI memperkenankan Inggris memasuki kota Surabaya. Mereka diberi wewenang menduduki objek – objek yang sesuai dengan tugasnya , Yaitu kamp –kamp tawanan Namun, pihak Inggris kemudian  mengingkari perjanjian 26-27 Okto
  5. Di bentuk Kontak Biro agar kerja sama dapat terlaksanasebaik – baiknya.

Inggris hanya  akan melucuti ber mereka menyerbu penjara Kalisosok untuk membebaskan tawanan belanda. Mereka juga menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak, Kantor Pos Besar,Gedung Bank Internasional, dan objek vital lainnya.

Menanggapi hal itu, rakyat Surabaya menyerang semua pos Sekutu pada 28 Oktober 1945. Pertempuran seru terjadi  di beberapa sector sehingga kedudukan Inggris bertambah kritis, Dalam peristiwa itu Mallaby nyaris tewas seandainya para pemimpin Indonesia tidak segera memerintahkan gencatan senjata. Kendati ada upaya gencatan senjata, namun pertempuran msih berkecamuk di beberapa tempat. Anggota Kontak Biro segera mendatangi objek – objek yang masih bertempur dengan maksud menghentikannya. Tempat Terahir yang dikunjungi Kontak Biro adalah Gedung Bank Internatio di jembatan Merah. Gedung tersebut masih di duduki Inggris , sedangkan para pemuda telah mengepungnya. Para pemuda menuntut agar pasukan Mallaby yang berada di gedung itu segera menyerah Mallaby tidak  menerima tuntutan itu sehingga terjadilah insiden yang tidak diharapkan sebelumnya.

Demikianlah artikel diatas dari ruangbimbel.co.id. semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Terima kasih