Penjajahan Jepang Di Indonesia

Penjajahan Jepang – Ambisi Jepang untuk membangun kekuasaan di wilayah Asia Pasifik menjadikan Negara itu terlibat langsung dalam Perang Dunia II. Sebagai jalan mewujudkan ambisinya itu, pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan militer Amerika Serikat Di Pearl Harbour.

Serangan Jepang itu sedikitnya menghancurkan 19 kapal perang AS. Asia Timur, SEmentara itu setelah menggempur Pearl Harbour, Jepang melancarkan Serangan dan menduduki Negara –negara di Asia Pasifik, Termasuk Indonesia.

Penjajahan Jepang

Daftar Isi

Kedatangan Jepang  Di Indonesia

Jepang mulai mendaratkan pasukan di Indonesia pada 1 maret 1942. Jederal Immaura memimpin pendaratan di tiga tempat, yaitu Banten, Indramayu, dan Bojonegoro. Pendaratan ini tidak diduga oleh Belanda yang saat itu tengah berkuasa di Indonesia. Tentara Belanda tidak dapat memberikan perlawanan yang bearti terhadap pasukan gerak cepat Jepang. Pada tanggal 8 Mareta 1942 Belanda menyerah kepada pihak jepang dilaksanakan di Kalijati Subang. Pihak Belanda diwakili  Panglima Tentara Belanda, Jenderal Ter Pooten, sedangkan Jepang diwakili Jenderal Imamura, Sejak  saaat itu berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesaia.

Penjajahan Jepang – Penandatanganan penyerahan Belanda kepada Jepang diwakili Panglima Tentara Belanda ter Poorten, padahal seharusnya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stac houwer.Tindakan ini merupakan strategi Belanda, supaya suatu saat jika Jepang dikalahkan oleh  Sekutu, Belanda berhak kembali menguasai Indonesia. Dalilnya, Penyerahan Belanda merupakan penyerahan pihak militer Belanda, Bukan Pemerintahan Belanda.

Setelah Berhasil mengusir Belanda, Jepang kemudian membagi wilayah Indonesia ke dalam tiga pendudukan pemerintahan militer yaitu sebagai berikut :

  1. Wilayah 1, terdiri atas jawa dan Madura yang di perintah oleh Tentara Keenambelas Angkatan Darat (Rikigun) yangberpusat di Jakarta.
  2. Wilayah  II, yakni Sumatra, yang di perintah oleh tentara Keduapuluhlima  Rikugun yang berpusat di Bukit tinggi.
  3. Wilayah III, terdiri atas Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Dan Nusa Tenggara yang diperintah Armada Selatan aKedua Angkatan Laut (Kaigun) yang berpusat di Makasar.

Wilayah kekuasaan Jepang di Indonesia erada di bawah pengawasan langsung seorang kepala staf tentara yang di sebut gunseikan (Panglima  tentara)  yang di jabat oleh Jenderal Seizaburo Okasaki. Sementara itu, pemerintahan pada tiap – tiap wilayah di pimpin oleh seorang kooti dengan kepalanya yang disebut  koo, misalnya Hamengkubuwono-koo yang mengepalai Yogya-kooti. Dan Pakubowono-koo mengepalai Solo-kooti.  Mereka berasal  dari bangsa  Indonesia yang diangkat pegawai pemerintah militer Jepang yang diharapkan dapat membantu lancarnya jalan pemerintahan.

Di awal kedatangan di Indonesia, Jepang mempropagandakan diri sebagai saudara tua, bagi rakyat Indonesia. Bersama – sama dengan Negara – Negara di Asia Pasifik , Jepang menyatakan ingin  menciptakan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus mendukung upaya pengusiran Negara – Negara barat di Asia Pasifik dan membantu bangsa Jepang untuk memenangkan perang melawan pihak Sekutu dalam Perang Dunia II. Akan tetapi pada kenyataannya, pernyataan – pernyataan yang di sampaikan Jepang hanyalah isapan Jempol belaka, Jepang Malah menanamkan penjajahan yang lebih kiji kejam daripada Belanda.

Pengaruh Pendudukan Jepang di Indonesia

Pendudukan Jepang Di Indonesia berpengaruh  terhadap kondisi kehidupan bangsa Indonesia yang meliputi aspek, ekonomi, dan politik. Adapun kondisi sosial, ekonomi, dan politik Indonesia pada masa pendudukan Jepang adalah sebagai Berikut.    

Kondisi Sosial

Jepang Jepang di Indonesia berpengaruh terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Adapun kondisi sosial, ekonomi, dan politik Indonesia pada masa pendudukan Jepang adalah sebagai berikut:

Romusha

Romusha (buruh/pekerja) ialah panggilan bagi orang – orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa tanpa upah pada masa  penjajahan Jepang di Indonesia (1942 – 1945). Pada masa itu jepang memerlukan banyak tenaga kerja untuk membangun sarana pertahanan, seperti kubu-kubu pertahanan, gua – gua, gudang bawah tanah, lapangan udara darurat, jalan – jalan, dan sebagainya. Tenaga kerja itu diperoleh dari desa – desa di pulau Jawa yang pendukungnya amat padat. Pada mulanya, pengerahan tenaga kerja tersebut bersifat sukarela dan pelaksanaan pekerjaannya juga tidak begitu jauh dari rumah penduduk. Selain itu, Jepang  Melakukan propaganda dengan membentuk barisan romusa yang bertugas membela Negara dan membangun kemakmuran bersama. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, pengerahan tenaga rakyat ini dilakukan secara paksa. Merdeka diperlukan secara kasar, berbeda dengan propaganda yang dielu-elukannya, Kesehatan mereka tidak dijamin, makanan tidak cukup, dan pekerjaan mereka melebihi kesanggupan manusia. Kematian banyak menimpa rakyat akibat romusha.

Demi menghilangkan rasa takut rakyat, sejak tahun 1943 jepang menggelar propaganda baru, Romusha dipujinya setinggi langit, bahkan dikatakan sebagai prajurit ekonomi atau pahlawan pekerja. Jepang menggambarkan romusha  sebagai sebuah tugas suci . banyak  rakyat yang kemudian masuk kembali ke romusha setelah melihat kesungguhan jepang.

Demikianlah artikel diatas dari ruangbimbel.co.id. semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Terima kasih