Kitab negarakertagama adalah sebuah karya sastra sejarah yang menggambarkan kejayaan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14.
Kitab ini ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M dalam bentuk kakawin atau puisi Jawa Kuno. Melalui kitab ini, kita dapat mengetahui gambaran kehidupan sosial, politik,
dan budaya pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk serta pengaruh besar Mahapatih Gajah Mada dalam memperluas wilayah kekuasaan Majapahit.
Kitab Negarakertagama

Kitab Negarakertagama ini menjadi salah satu sumber utama bagi para sejarawan dalam memahami sejarah Nusantara pada masa kejayaannya.
Salah satu aspek penting dalam Negarakertagama adalah penggambaran luasnya wilayah Majapahit. Dalam kitab ini disebutkan bahwa kekuasaan Majapahit
mencakup berbagai daerah di Nusantara, termasuk wilayah yang kini menjadi Indonesia, Malaysia, Brunei, dan sebagian Filipina.
Hal ini sejalan dengan konsep “Nusantara” yang diperkenalkan oleh Gajah Mada dalam Sumpah Palapa, di mana ia bertekad untuk menyatukan seluruh wilayah di bawah kekuasaan Majapahit.
Selain aspek politik, kitab ini juga menjelaskan kehidupan masyarakat Majapahit. kitab Negarakertagama menggambarkan bagaimana sistem pemerintahan, kehidupan keagamaan, serta tata kota yang teratur di ibu kota kerajaan.
Kitab ini menunjukkan bahwa pada masa itu, agama Hindu-Buddha berkembang pesat di Majapahit, dengan berbagai candi dan tempat suci yang dibangun sebagai pusat ibadah.
Kehidupan masyarakatnya pun digambarkan harmonis, dengan adanya berbagai lapisan sosial yang memiliki peran masing-masing dalam mendukung pemerintahan.
Keunikan Kitab Negarakertagama tidak hanya terletak pada isinya, tetapi juga pada bahasanya.
Kitab ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan gaya kakawin, yang memiliki aturan metrum atau pola irama tertentu.
Hal ini menunjukkan bahwa kitab ini tidak hanya dimaksudkan sebagai catatan sejarah, tetapi juga sebagai karya sastra yang indah dan bernilai tinggi.
Dengan menggunakan bentuk puisi, Mpu Prapanca berhasil menyampaikan kisah kejayaan Majapahit dengan cara yang artistik dan penuh makna.
Setelah berabad-abad hilang dari perhatian, Negarakertagama ditemukan kembali oleh seorang peneliti Belanda bernama J.L.A.
Brandes pada tahun 1894 di daerah Lombok. Sejak itu, kitab ini menjadi salah satu bukti otentik kejayaan Majapahit dan terus dikaji oleh para ahli sejarah.
Sebagai warisan budaya yang berharga, Negarakertagama telah diakui sebagai Memory of the World oleh UNESCO,
menjadikannya sebagai salah satu sumber sejarah penting bagi Indonesia dan dunia dalam memahami peradaban Nusantara di masa lalu.
Peran Mpu Prapanca sebagai Penulis Negarakertagama

Mpu Prapanca adalah seorang pujangga istana pada masa Kerajaan Majapahit yang dikenal sebagai penulis Negarakertagama, sebuah karya sastra penting yang menjadi sumber utama tentang kejayaan Majapahit.
Kitab ini ditulis pada tahun 1365 M dalam bentuk kakawin atau puisi Jawa Kuno dan menggambarkan berbagai aspek kehidupan politik, sosial, budaya, serta wilayah kekuasaan Majapahit di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Melalui Negarakertagama, Mpu Prapanca tidak hanya merekam sejarah tetapi juga memperlihatkan kebanggaan terhadap kemegahan kerajaan yang sedang mencapai puncaknya.
Sebagai seorang pujangga, Mpu Prapanca memiliki peran penting dalam mendokumentasikan perjalanan raja
dan memperkenalkan konsep “Mandala”, yaitu sistem kekuasaan Majapahit yang mencakup berbagai daerah di Nusantara.
Ia menggambarkan bagaimana kerajaan ini memiliki hubungan dengan berbagai daerah, baik sebagai wilayah taklukan maupun sebagai sekutu.
Informasi yang ia tulis dalam Negarakertagama menjadi bukti bahwa pengaruh Majapahit meluas hingga ke luar Jawa,
termasuk Sumatra, Bali, Kalimantan, hingga wilayah yang kini menjadi bagian dari Malaysia dan Filipina.
Selain aspek politik, Mpu Prapanca juga menuliskan tentang kehidupan budaya dan keagamaan di Majapahit.
Dalam Negarakertagama, ia menjelaskan tentang peran agama Hindu-Buddha dalam kehidupan masyarakat serta keberagaman yang ada dalam struktur sosial kerajaan.
Ia juga mencatat ritual-ritual keagamaan, pembangunan candi, serta hubungan antara raja dan para pendeta
yang menunjukkan bahwa Majapahit adalah kerajaan yang menghargai harmoni antara kekuasaan dan spiritualitas.
Mpu Prapanca tidak hanya berperan sebagai pencatat sejarah tetapi juga sebagai seniman sastra yang mampu merangkai kata-kata indah dalam bentuk kakawin.
Gaya penulisan dalam Negarakertagama mencerminkan tingkat keahlian sastra yang tinggi dengan penggunaan bahasa Jawa Kuno yang kaya akan metafora dan simbolisme.
Dengan demikian, karyanya tidak hanya bernilai sejarah tetapi juga menjadi bagian dari warisan sastra klasik Nusantara yang penting untuk dipelajari.
Pengaruh Kerajaan Majapahit terhadap Nusantara

Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia yang berdiri pada abad ke-13 hingga ke-15.
Di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan didukung oleh patihnya yang terkenal, Gajah Mada, Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan wilayah kekuasaan yang luas, meliputi sebagian besar Nusantara.
Dengan konsep Wilwatikta, Majapahit berusaha menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di kepulauan Indonesia di bawah satu kekuasaan.
Pengaruhnya tidak hanya dalam aspek politik, tetapi juga dalam bidang ekonomi, budaya, dan sosial yang masih terasa hingga saat ini.
Dalam bidang politik, Majapahit berhasil membangun sistem pemerintahan yang kuat dan terorganisir.
Konsep Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada mencerminkan semangat persatuan dan kesatuan yang kemudian menjadi inspirasi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Model administrasi pemerintahan Majapahit juga mempengaruhi sistem birokrasi di Nusantara, termasuk dalam pembagian wilayah dan tata kelola kerajaan yang lebih sistematis.
Di bidang ekonomi, Majapahit memainkan peran penting sebagai pusat perdagangan maritim. Letaknya yang strategis membuatnya menjadi pusat aktivitas perdagangan internasional, menjalin hubungan dagang dengan Tiongkok, India, dan Timur Tengah.
Majapahit mengembangkan pelabuhan-pelabuhan besar yang menjadi tempat bertemunya pedagang dari berbagai wilayah.
Sistem perdagangan ini turut memperkenalkan mata uang dan sistem ekonomi yang lebih maju di Nusantara.
Pengaruh Majapahit dalam budaya juga sangat kuat. Seni sastra berkembang pesat pada masa ini, ditandai dengan karya-karya seperti Negarakertagama karya Mpu Prapanca dan Sutasoma karya Mpu Tantular.
Konsep Bhinneka Tunggal Ika, yang berasal dari kitab Sutasoma, kemudian diadopsi sebagai semboyan negara Indonesia.
Selain itu, arsitektur candi-candi peninggalan Majapahit, seperti Candi Tikus dan Candi Bajang Ratu, menunjukkan keahlian seni dan teknik pembangunan yang masih dikagumi hingga saat ini.