Cahaya Islam mulai bersinar di Benua Biru terutama sejak abad ke-8 Masehi, ketika pasukan Muslim dari Dinasti Umayyah berhasil menaklukkan wilayah Andalusia, yang sekarang dikenal sebagai Spanyol dan Portugal.
Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam telah memberikan pengaruh besar dalam berbagai peradaban dunia, termasuk di Eropa.
Sejak saat itu, lahirlah peradaban gemilang yang dikenal dengan sebutan Peradaban Islam di Andalusia.
Cahaya Islam di Eropa

Kota-kota seperti Córdoba, Granada, dan Sevilla menjadi pusat ilmu pengetahuan, seni, dan budaya yang mengagumkan.
Pada masa itu, dunia Islam tidak hanya menyebarkan ajaran agama, tetapi juga membawa kemajuan besar dalam bidang sains, kedokteran, filsafat, matematika, arsitektur, dan sastra.
Eropa yang kala itu masih berada dalam masa kegelapan (Dark Ages) mulai mendapatkan sinar pencerahan dari perkembangan ilmu yang dibawa oleh umat Islam.
Kontribusi umat Islam terhadap Eropa dapat dilihat dari banyaknya tokoh ilmuwan Muslim yang hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
Ilmuwan besar seperti Ibnu Sina dalam bidang kedokteran, Al-Khawarizmi dalam bidang matematika, serta Al-Zahrawi dalam bidang bedah menjadi sumber ilmu bagi universitas-universitas Eropa.
Selain itu, karya-karya filsafat para cendekiawan Muslim seperti Al-Farabi dan Ibnu Rusyd memberikan dasar kuat bagi perkembangan pemikiran filsafat di Barat.
Tidak hanya ilmu pengetahuan, arsitektur Islam juga meninggalkan jejak yang luar biasa di Eropa, seperti keindahan Masjid Córdoba dan Alhambra di Granada.
Karya seni dan sastra Islam bahkan turut memperkaya khazanah budaya Eropa. Hal ini membuktikan bahwa cahaya Islam bukan hanya menyebar dalam bentuk keagamaan,
tetapi juga membawa peradaban yang maju dan inklusif, yang kemudian mendorong lahirnya Renaisans di Eropa.
Hingga saat ini, jejak-jejak cahaya Islam di Eropa tetap bersinar, walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Banyak kota-kota besar di Eropa kini memiliki komunitas Muslim yang aktif, membangun masjid, lembaga pendidikan,
serta kegiatan sosial yang menunjukkan nilai-nilai Islam sebagai agama yang damai dan penuh rahmat.
Cahaya Islam di Eropa bukan sekadar kisah sejarah masa lalu, melainkan warisan intelektual dan budaya yang terus hidup,
memberikan inspirasi bagi generasi masa kini untuk membangun peradaban yang lebih baik, berlandaskan ilmu pengetahuan, keadilan, dan kemanusiaan.
Sejarah Masuknya Islam ke Spanyol (Andalusia)

Sejarah masuknya Islam ke Spanyol atau yang dikenal dengan Andalusia merupakan salah satu peristiwa besar dalam perjalanan peradaban dunia.
Proses ini bermula pada awal abad ke-8, tepatnya pada tahun 711 Masehi, ketika pasukan Muslim yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad melakukan ekspedisi ke Semenanjung Iberia.
Thariq memimpin pasukan sekitar 7.000 tentara yang sebagian besar berasal dari bangsa Berber Afrika Utara.
Setelah mendarat di sebuah tempat yang kemudian dikenal sebagai Gibraltar (Jabal Thariq),
pasukan Muslim segera menghadapi pasukan Visigoth yang dipimpin oleh Raja Roderick.
Dalam pertempuran besar yang dikenal dengan nama Battle of Guadalete, pasukan Thariq berhasil meraih kemenangan gemilang, menandai awal dari kekuasaan Islam di wilayah tersebut.
Kemenangan ini membuka jalan bagi ekspansi lebih lanjut hingga wilayah-wilayah penting lainnya di Spanyol dapat dikuasai.
Masuknya Islam ke Andalusia tidak hanya membawa perubahan dalam kekuasaan politik,
tetapi juga memberikan pengaruh besar dalam bidang sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Setelah penaklukan tersebut, Spanyol mulai berada di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah, yang kemudian melahirkan kekhalifahan Andalusia.
Kota-kota seperti Córdoba, Sevilla, dan Granada berkembang pesat menjadi pusat-pusat peradaban dan ilmu pengetahuan yang maju. Córdoba,
misalnya, dikenal sebagai salah satu kota paling gemilang di dunia pada masa itu, dengan ribuan masjid, perpustakaan besar, dan universitas ternama.
Namun, kejayaan Islam di Andalusia perlahan mulai meredup seiring berjalannya waktu. Perpecahan internal di antara kerajaan-kerajaan kecil Islam (taifa)
serta tekanan dari Reconquista (penaklukan kembali oleh kerajaan-kerajaan Kristen) menjadi faktor utama kemunduran kekuasaan Islam di Spanyol.
Puncaknya terjadi pada tahun 1492 M, ketika Granada, benteng terakhir Muslim di Spanyol, jatuh ke tangan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Kerajaan Kastilia dan Aragon.
Meski kekuasaan politik Islam berakhir, jejak peradaban Islam tetap abadi di tanah Andalusia, baik dalam seni arsitektur, sastra, musik, maupun dalam tradisi ilmiah Eropa.
Faktor-faktor Runtuhnya Islam di Andalusia

Islam pernah mengalami masa kejayaan yang luar biasa di Andalusia, wilayah yang kini dikenal sebagai Spanyol dan Portugal.
Sejak penaklukan oleh pasukan Thariq bin Ziyad pada abad ke-8, peradaban Islam berkembang pesat di sana,
menciptakan kemajuan dalam ilmu pengetahuan, seni, arsitektur, dan kehidupan sosial.
Namun, kejayaan tersebut perlahan-lahan runtuh hingga berakhir sepenuhnya dengan jatuhnya Granada pada tahun 1492.
Salah satu faktor utama penyebab runtuhnya Islam di Andalusia adalah perpecahan internal umat Islam sendiri.
Setelah berdirinya beberapa kerajaan kecil atau thawaif akibat runtuhnya Daulah Umayyah
di Andalusia, umat Islam terpecah dalam banyak kerajaan yang sering saling berselisih.
Alih-alih bersatu menghadapi ancaman dari luar, masing-masing kerajaan lebih mementingkan kekuasaan sendiri, bahkan ada yang meminta bantuan kekuatan Kristen untuk melawan sesama Muslim.
Kondisi inilah yang dimanfaatkan oleh kekuatan Kristen untuk melakukan Reconquista, yaitu gerakan penaklukan kembali wilayah Andalusia oleh kerajaan-kerajaan Kristen.
Selain perpecahan internal, lemahnya kepemimpinan para penguasa Muslim di Andalusia juga menjadi penyebab utama kemunduran.
Banyak penguasa yang lebih sibuk memperindah istana dan menjalani kehidupan mewah dibandingkan menguatkan pertahanan atau memperbaiki kondisi umat.
Para ulama dan cendekiawan yang seharusnya menjadi penggerak moral dan spiritual masyarakat mulai kehilangan perannya.
Pada akhirnya, runtuhnya Islam di Andalusia menjadi salah satu tragedi besar dalam sejarah Islam.
Peradaban yang dahulu menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dan kebudayaan dunia akhirnya sirna,
berganti dengan gelombang pemaksaan agama, pengusiran, bahkan pembantaian terhadap umat Islam dan Yahudi.
Meskipun demikian, warisan peradaban Islam di Andalusia masih dapat dirasakan hingga kini, terutama dalam bidang arsitektur, ilmu pengetahuan, dan pengaruh budaya di Eropa.
Runtuhnya Islam di Andalusia menjadi pelajaran berharga bahwa kejayaan tidak akan bertahan tanpa persatuan,
kepemimpinan yang kuat, dan komitmen terhadap nilai-nilai luhur yang menjadi dasar kekuatan umat.